Setelah sekian lama tidak berkunjung ke blog ini untuk sekedar memantau atau membuat posting, akhirnya saya memiliki ide untuk membuat posting kembali hahaha *bangga*
Sesuai judulnya, saya kebetulan baru saja membaca sebuah artikel menarik. Linknya: You're Not In Love, You're In Love With The Idea Of Love | Thought Catalog
Kemudian saya jadi teringat kembali soal kisah-kisah lama saya yang berhubungan dengan artikel tersebut.
Sejatinya, saya masih belum terlalu paham soal hal ini. Saya mulai menggunakan kata "suka" kepada lawan jenis, ketika orang lain menilai saya seperti itu. Atau setidaknya saya berkesimpulan seperti itu karena melihat tanda-tanda yang saya rasakan.
Namun, setelah membaca artikel tersebut, saya mulai ragu. Pasalnya, ketika saya menilai diri saya "suka" dengan orang lain, apa yang terjadi justru bukanlah hal yang baik. Saya tahu, "suka" itu adalah fitrahnya manusia. Bahkan Tuhan pun mencintai manusia dan oleh sebab itu manusia diberi nikmat dan dijauhkan dari rasa takut. Sejatinya, jika memang hal itu yang terjadi pada saya, seharusnya hal baik lah yang saya lakukan.
Hal kurang baik itu misalnya, saya mulai mencari tahu kelemahan orang yang saya "suka". Saya ingat, waktu SMP saya mati-matian mengalahkan prestasi akademik orang yang saya "suka" supaya ia tidak terlihat lebih pintar dari saya. Untuk motivasinya, sih memang baik. Tapi tujuannya, tidak lagi baik.
Lalu, apa yang saya lakukan setelah mengetahui kelemahannya? Saya memanggap ia tidaklah sempurna, bukan ia yang saya cari. Lantas saya mulai tidak menyukainya lagi.
Apabila orang yang saya suka itu sering memberi perhatian, ketika ia tidak lagi memberi perhatian, saya bisa benci sekali. Mungkin saya akan merasa sakit hati, yang sebetulnya rasa sakit itu saya ciptakan sendiri.
Memang benar seperti apa yang dikatakan artikel itu. Saya tidak sedang "in love". Tetapi, "in love with the idea of love". Sepertinya, saya memang telah salah mengartikannya selama ini...
Saya sadari, saya belumlah menjadi versi terbaik dari diri saya. Sehingga saya mencarinya di luar. Berharap orang-orang di sekitar saya yang memahami saya, bukan saya yang memahami mereka.
Mungkin, saya akan merasakan cinta yang sebenarnya ketika saya sudah menjadi diri saya seutuhnya dan menjadi versi terbaik dari diri saya.
Memang benar, sebelum mencinta, perbaiki dahulu diri ini...
Sesuai judulnya, saya kebetulan baru saja membaca sebuah artikel menarik. Linknya: You're Not In Love, You're In Love With The Idea Of Love | Thought Catalog
Kemudian saya jadi teringat kembali soal kisah-kisah lama saya yang berhubungan dengan artikel tersebut.
Sejatinya, saya masih belum terlalu paham soal hal ini. Saya mulai menggunakan kata "suka" kepada lawan jenis, ketika orang lain menilai saya seperti itu. Atau setidaknya saya berkesimpulan seperti itu karena melihat tanda-tanda yang saya rasakan.
Namun, setelah membaca artikel tersebut, saya mulai ragu. Pasalnya, ketika saya menilai diri saya "suka" dengan orang lain, apa yang terjadi justru bukanlah hal yang baik. Saya tahu, "suka" itu adalah fitrahnya manusia. Bahkan Tuhan pun mencintai manusia dan oleh sebab itu manusia diberi nikmat dan dijauhkan dari rasa takut. Sejatinya, jika memang hal itu yang terjadi pada saya, seharusnya hal baik lah yang saya lakukan.
Hal kurang baik itu misalnya, saya mulai mencari tahu kelemahan orang yang saya "suka". Saya ingat, waktu SMP saya mati-matian mengalahkan prestasi akademik orang yang saya "suka" supaya ia tidak terlihat lebih pintar dari saya. Untuk motivasinya, sih memang baik. Tapi tujuannya, tidak lagi baik.
Lalu, apa yang saya lakukan setelah mengetahui kelemahannya? Saya memanggap ia tidaklah sempurna, bukan ia yang saya cari. Lantas saya mulai tidak menyukainya lagi.
Apabila orang yang saya suka itu sering memberi perhatian, ketika ia tidak lagi memberi perhatian, saya bisa benci sekali. Mungkin saya akan merasa sakit hati, yang sebetulnya rasa sakit itu saya ciptakan sendiri.
Memang benar seperti apa yang dikatakan artikel itu. Saya tidak sedang "in love". Tetapi, "in love with the idea of love". Sepertinya, saya memang telah salah mengartikannya selama ini...
Saya sadari, saya belumlah menjadi versi terbaik dari diri saya. Sehingga saya mencarinya di luar. Berharap orang-orang di sekitar saya yang memahami saya, bukan saya yang memahami mereka.
Mungkin, saya akan merasakan cinta yang sebenarnya ketika saya sudah menjadi diri saya seutuhnya dan menjadi versi terbaik dari diri saya.
Memang benar, sebelum mencinta, perbaiki dahulu diri ini...
Komentar
Posting Komentar