Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2014

Bahagia

Banyak hal terjadi di usiaku yang baru menginjak kepala dua. Entah mengapa, tahun ini terasa lama, berat, tapi aku banyak belajar. Banyak hikmah yang aku dapat. Meski masih sering mengeluhkan kehidupan ini, futur nikmat, bahkan menjauh dari-Nya (Astagfirullah T.T) Aku ingin bahagia. Pasti. Jika dunia ini adalah neraka kecil yang menyiksaku, aku mau bahagia di alam sana. Di mana tidak ada kata-kata yang mengecilkan hati... Tapi, bahagia itu perlu usaha. Usaha menarik kebahagiaan. Yang lucunya, justru didapat ketika aku memaksakan diri untuk bahagia atau memberi kebahagiaan untuk orang lain. Obat yang pahit, kian manis di ujung lidah :) Mungkin, aku perlu melakukan itu lagi. Memaksakan diri untuk bahagia dan memaksakan diri untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain. Karena usaha di awal memang harus berupa paksaan, setelahnya hanyalah kebiasaan :D

Pemain Pendukung

Kehadiranku tak dianggap Pun tak dianggap sebagai ancaman Namaku tak termasuk dalam seranai temanmu Tapi kamu tetap bilang aku teman baik Ya, sekadar "teman" dan sekadar "baik" Aku tak menyakitimu Sehingga kau tak benci aku Aku berusaha menjadi orang yang baik bagimu Kamu menyadari itu Tapi, aku tetap sendiri di keramaian ini Karena aku cuma "sekedar" Kebetulan bersama di suatu tempat Kebetulan punya rasa dengan temanmu Kebetulan bisa menghabiskan waktu bersama Tidak spesial, kan? Selalu berharap ada yang bisa menerimaku Menyimpan aku sebagai teman di dalam hatinya Bukan sekadar kebetulan Bukan sekadar alasan tak penting lainnya mengapa kita bersama Aku ingin temukan peranku, di suatu tempat yang baik. Di mana aku, bukan hanya pemain pendukung.

Kenapa, sih?

BENERAN! Aku tak paham harus bertindak seperti apa. Supaya aku tak sendiri... Sedikit sekali punya teman. Bahkan aku sering ragu, mereka yang aku anggap teman apakah juga menganggapku sebagai teman mereka? Pasalnya, mereka punya banyak teman.. Kenapa harus begini? Sebab aku jarang bercakap? Sebab aku tidak pandai? Sebab aku tidak kaya? Sebab aku tidak ikut perkumpulan? ATAU APA? Apa aku terlahir harus seperti ini? Tidak! Masa SMP tidak aku lalui sesepi ini, semenyedihkan ini Duh, terlalu banyak mengeluh. Kurang aksi... Mungkin aku harus bertindak Supaya setidaknya, kheadiranku dirasakan orang lain

Cuaca

Mentari malu untuk menampakkan diri Sedangkan angin sedikit-sedikit menghampiri Awan nampak menutupi langit, tapi tak terlihat bergerombol atau sendiri Dan kelembaban udara yang cukup tinggi Ingatan terbang ke masa cuaca ini 2 tahun lalu Sebuah cerita tentang kita Yang semakin baik ceritanya pada semester selanjutnya Tentang aku yang melepas kesendirian bersama orang-orang yang aku sebut teman Meski sulit menerima kenyataan pahit Bersama kalian, sedikit demi sedikit kopi itu semakin manis Tentang kisah kita Tentang aku yang tak bisa lagi menyembunyikan kebahagiaan itu Tentang masa yang paling aku kenang selama di sini Sebuah tahap paling bahagia :'D Karena perpisahan yang pahit itu membuat aku belajar, memiliki itu sesuatu yang indah, dan berpisah pasti punya makna. Makna sebuah kenangan yang pantas untuk diingat :)

Ingin Berhenti

Di antara keheningan pagi Di antara orang-orang yang berbicara dengan bahasa yang menyenangkan Aku disergap dingin Yang menusuk tulang, hingga hati Andai aku sendiri di bumi ini Andai aku memiliki WAKTU untuk sendiri di dunia ini Hanya aku dan diriku Hanya aku yang menantang waktu Harus dihentikan Bukan waktu, tapi dirinya Yang mengoyak hati Melukai jiwa Merah tapi pucat Takut ini tak bisa berakhir :(

Tak Sanggup

Tentang aku yang tak mampu memahami waktu yang bergulir. Dengan perasaan yang menyesakkan. Adakah kamu bertanya, mengapa aku berhenti? Aku tak sanggup melawan waktu. Pun aku tak sanggup melepas ikatan yang menyulitkan aku tuk sekedar bernafas. Adakah kamu bertanya mengapa? Ada yang tak bisa ku lawan. Meski aku mengharapkannya. Menangis dalam doa supaya dilepaskan. Memohon dan menyembah supaya aku tabah. Merengkuh dalam tangis diam tiada akhir. Hanya berulang secara periodik. Aku lelah. Dan mempertanyakan, seandainya aku tak sanggup, mengapa diberikan? Amanah untuk diemban ini, amanah untuk dijaga ini, seonggok daging di dalam dada yang katanya menghubungkan kita.

Masih Jauh

Ia masih jauh... Siapa? Belahan jiwa... Ooh, di masa depan? Eh, jangan bilang begitu... Siapa yang tahu ia hadir di masa depan Atau di alam yang berbeda? Uuh... jauhnya :') Biar begitu, aku tak lelah menanti. Meski waktu telah habis. Aku tetap... menanti dalam perbaikan diri :)

Cetak Kisah

Berdentang tanpa rela mengakhiri Mengukir kisah pada tiap hitungan Tentang jiwa-jiwa yang berakal Dalam memulai perjalanan panjang Membuka cakrawala di sudut penglihatan Mengerjap menantang surya Meraba kasih dari sentuhan mesra pecinta Melangkah tinggalkan yang nyaman Berdalih ragu pada lelah Membasuh peluh bercucuran Berlabuh ketika semburat merah tlah hadir Nafas memburu kembali ke pangkuan Usai satu siklus Ia akan terulang jika dikehendaki Jiwa berakal boleh memilih Mengulang atau mengganti Cetak kisah esok hari

Menua Seribu Tahun

Kita berjalan menua Seiring rindu yang kembang kempis Terurai oleh waktu Timbul saat kenangan menyerbu Tenggelam saat dunia begitu manja Begitu pula cinta Menua tanpa dirawat Waktu terus berjalan Namun, aku tak mau menunggu seribu tahun lagi

Unek-unek hari ini

Dulu aku yang meminang Setelah diterima, aku pula yang membatalkan Rasanya pingin jambak orang ._. Nyesel juga Yah sesal memang selalu datang belakangan ya... Btw, apa jadinya kalau aku harus menunggu seseorang yang ditakdirkan untuk aku hingga satu dekade? Entahlah, aku lebih berharap cepat berjumpa. Penantian itu sesuatu yang berat bagiku... Dan lagi, aku rindu dengan kebersamaanku bersama 5 orang temanku. Boleh lah dibilang geng cewe. Yah.. sulit sekali mendapatkan teman dekat yang paling tidak sejumlah itu untuk saat ini.. Aku terlalu banyak mengeluh ._.