Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2013

Kurang Lebih

Beberapa orang terlahir dengan perbedaan. Perbedaan yang biasa disebut sebagian besar orang normal sebagai orang dengan kebutuhan khusus. Tapi, Tuhan memang benar-benar adil. Mereka diberikan kelebihan yang justru lebih dibanding orang normal lainnya. Pada akhirnya, mereka tentu diterima karena mereka memiliki kelebihan yang lebih dibanding orang lain meski ada yang berbeda pada kemampuan yang biasa dimiliki orang yang normal. Tapi, aku salut dengan mereka. Mereka mampu menunjukkan diri mereka. Mereka mampu berjuang melawan lingkungan yang pada awalnya kurang menerima mereka. Mereka mampu mendorong kemampuan mereka sehingga mereka memiliki kelebihan yang lebih potensial dibanding orang lain, terutama yang normal. Aku jadi malu. Aku terlahir normal tapi aku mengkerdilkan diriku sendiri. Aku merasa sangat tidak berdaya dan lantas, berhenti berjuang. Padahal, tidak ada sesuatu apapun yang kurang. Harusnya, aku lebih bersyukur. Harusnya aku lebih mengenali dan menggali potensi diri untuk

The Time I Was Happier

Masa SMP itu baru selesai 3,5 tahun yang lalu, kan? Udah kangen lagi :3 Rasanya waktu itu masih nemenin adik yang masih SD main boneka-bonekaan, main-mainannya anak kecil. Ngomongin cowo udah mulai sih. Tapi baru cinta monyet lah. Tapi, lucunya, aku bisa suka sama seorang cowo sampai 2 tahun lebih. Padahal masih cinta-cintaannya anak kecil, ya? Galau cinta kayaknya ngga berasa. Galau prestasi, agak sih. Terutama waktu nilai UTS hancur gara-gara ikut olimpiade. Kapok deh~ Tapi, yang paling berkesan itu, ya, kehidupan aku ngga dilingkupi tekanan yang berlebihan lah. Temen lumayan banyak, malah punya temen akrab yang agak ngelompok. Tapi, seenganya aku ngga harus istirahat di kantin dan makan sendirian.

No title

Tampaknya posting ini tidak memiliki tema khusus. Hanya berisi pergumulan isi hati hari ini. 1. "Go beyond the pain"     Istilahnya sih harus tetap berjuang dan berusaha meski lelah dan sakit. Nanti terbiasa dengan rasa lelah   dan rasa sakit. Jujur aja, kalau semua ini dirasain di hati, painful semua. Jadi, memang harus go beyond the pain . Kalau tidak, bisa-bisa masih terjebak di sumur kegalauan, dong =)) 2. Masih (tidak) yakin untuk berkunjung ke ol.akademik T.T     Memang di kuesioner pertama, sudah cukup yakin. Tapi, sekarang jadi kurang yakin. Entah mengapa~ 3. Target memang harus dituliskan -__-     Katanya sih, supaya ada orang yang tahu dan supaya kita tertuntut (sulit mengatakan 'dituntut', karena memang secara tidak sengaja dituntut) untuk meraih target yang ingin dicapai. Tapi, malu sih kalau banyak yang tahu~ 4. Kenapa kalkulus nyusahin bangeet?!     Rasanya kalkulus benar-benar mau mencekikku. Ia penyebab kegundahan kedua setelah... DRE. Sekar

Syukur

Barangkali, aku memang orang yang aneh. Jelas-jelas apa yang aku dapat ini nikmat semua. Dan semuanya, memang benar-benar apa yang aku perlukan. Mengapa masih mengeluh? Mengapa masih menengok ke belakang? Mungkin inilah tipikal manusia. Kalau lagi diberi cobaan, fokusnya itu pada cobaannya. Padahal, kalau memahami hikmah di balik cobaannya, bisa bersyukur luar biasa. Lagi pula, di luar cobaannya itu masih banyak yang bisa disyukuri. Jadi, mengapa tak bisa aku syukuri saja semua ini?

Langka

Telah ku terima apa yang aku dapat. Telah ku coba telaah apa yang memang harus aku pahami. Telah aku coba apa yang harus aku lakukan. Tetapi... Lagi-lagi bintang-bintang tak muncul dalam gugusnya. Matahari dilingkupi awan-awan. Tidak ada lagi perbedaan tekanan udara. Masih mencoba membuka mata ini. Melihat celah masa mendatang. Namun, yang ku temukan hanya kegelapan, kesunyian, dan kesepian.

I Belong to be Here

Masih teringat akan semester lalu. Kesal yang ku pelihara tiap helaan napasku. Aliran air mata yang masih terus jatuh setiap aku ingat, aku tak bisa meraihnya. Apa yang aku ingin saat itu, semua kesalahan ini usai secepatnya. Begitulah aku menganggapnya, kesalahan. Sampai, aku mulai kenal beberapa. Sampai banyak. Ternyata, aku tenggelam dalam egoku. Dalam keinginan bodoh yang membuatku angkuh. Padahal, tak ada cukup alasan bagiku untuk berjalan di muka bumi ini dengan keangkuhan sebesar itu. Siapalah diriku? Di sini, aku tak hanya belajar pelajaran. Aku lebih banyak belajar tentang moral. Belajar menerima. Belajar memahami. Belajar menyadari, aku bukan siapa-siapa. Harusnya aku bersyukur, aku masih diberi kesempatan untuk bersama mereka yang terhebat di negeri ini. Padahal, aku tak punya modal apa-apa. Harusnya aku bersyukur, ini yang terbaik di negeri ini. Memangnya keinginanku itu pasti lebih baik dari ini? Ini yang aku tahu. Bukan tanpa alasan aku dikirim ke sini meski aku b

Dekatkah?

Agaknya cukup terinspirasi dari kata-kata Dosen Fisika. Materi yang sedang dibahas mengenai gaya Coulomb. Pak dosen berkata,"Kalau kalian menganggap didekati sama dengan disentuh, berarti kalian ge-er." Sebetulnya yang dimaksud itu masalah induksi dan konduksi. Suatu benda yang didekati benda bermuatan berbeda dari benda yang disentuh benda bermuatan. Tapi, yah, jadi kepikiran yang lain.

Terhubung

Tidak. Tidak kali ini. Aku tak akan tunduk pada angin yang menerpa. Aku tak akan berlari dari gulungan ombak laut yang mendekat. Aku tak akan berhenti untuk tetap berdiri tegak tepat di sini. Aku tak akan menyerah. Biarlah orang berkata,"Mimpi yang terlalu tinggi, kalau tak sampai, jatuhnya lebih sakit!" Biarlah. Toh, biarpun aku tak dapat, aku masih dapat pengalaman 'pernah' bermimpi. Daripada orang yang tak berani untuk bermimpi. Mimpi saja takut! Meski sulit, masih bisa aku berkelit. Meski susah, aku tak mau berpisah. Meski letih, aku masih ingin dapat meraih. Di setiap kesukaran, pasti ada kemudahan. Aku percaya, jika apa yang aku harapkan selama ini memang yang terbaik bagiku, meski susah, akan ada kemudahan. Karena aku percaya, aku dan cita-cita itu, sudah terhubung sejak lama :)