Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2022

Perasaanku terhadap Idola

Aku berdiri mematung di depan kelas. Berusaha mencari jawaban, aku mencoba mengingat semua nama aktris, aktor, penyanyi, hingga komedian yang pernah aku lihat di televisi. Tidak ada satupun yang terasa spesial di hatiku. " I don't have ," jawabku polos. Lucunya, guru pembimbing ekskul bahasa Inggris yang sedang mewawancaraiku justru mencoba menggali jawaban lebih dalam dengan menyebutkan beberapa nama artis yang tengah naik daun. Mendengar nama-nama itu, aku bisa mengingat wajahnya tapi aku tidak punya ketertarikan. Tidak ada penyanyi atau aktor favorit bagiku. Saat duduk di bangku SMP, aku memang merasa berbeda dari teman-teman seusiaku. Kebanyakan dari mereka memiliki idola. Ada saja yang mengumpulkan berbagai pernak-pernik bergambar idola mereka hingga menulis dan menghafalkan lirik lagu yang dinyanyikannya. Aku pun menyaksikan betapa hebohnya mereka ketika mengetahui idola mereka akan menggelar konser. Belum lagi ketika ada berita besar menyangkut idola mereka. Tema

Cinta yang Berubah

"Sekarang aku single mom ," begitulah balasannya tanpa aku tanya apapun. Terkejut, aku mengirim pesan dengan jujur bahwa aku tidak tahu harus merespon apa. Dia adalah mantan istri mantan sahabatku.  Aku memang sudah putus hubungan dengan sahabat cowok itu karena komitmen dengan suami. Aku dan sahabatku dulu terlalu dekat. Hubungan kami hampir tanpa batas, antara dua orang yang bersahabat atau dua orang yang jatuh cinta. Saat itu, sebenarnya aku terang-terangan pacaran dengan orang lain. Sahabatku ini justru tempat curhat sekaligus informanku soal pacarku karena mereka satu jurusan. Anehnya, sahabatku ini banyak bercerita tentang sisi jelek pacarku dari banyak teman yang dia kenal. Saat aku bercerita kepadanya bahwa aku akan menuju ke hubungan yang serius dengan pacarku, dia berharap aku berubah pikiran. Mendekati akhir masa studiku di kampus, aku mulai menjalani hubungan jarak jauh dengan pacarku yang sudah bekerja di kota lain. Ia semakin jarang menghubungiku, apalagi mengu

Belajar Mengikhlaskan

Akhir-akhir ini ada beberapa kejadian yang membuatku belajar untuk mengikhlaskan dalam tingkatan dan lingkup yang berbeda. Ada kejadian yang membuatku ikhlas cukup dalam waktu singkat, ada pula yang perlu waktu agak lama. Pertama, akhir bulan Juli lalu, aku baru jatuh dari sepeda. Aku baru tahu, jatuh dari sepeda lebih menyiksa dibanding melahirkan karena aku tidak bisa memprediksi tingkat rasa sakitnya dan berapa lama waktu yang diperlukan tubuhku untuk kembali pulih. Cerita lengkap soal ini aku tulis di blog yang lain. Waktu jatuh, wajah bagian kananku menghantam aspal. Setidaknya selama dua minggu aku mengalami sakit kepala secara terus-menerus yang kadang harus aku tangani dengan mengonsumsi ibuprofen. Sesaat setelah jatuh, suamiku bilang, sekarang saatnya aku istirahat selama seminggu ke depan. Sejujurnya, sebelum aku jatuh, aku sudah sering merasa lelah dengan rutinitas sebagai ibu rumah tangga. Istirahat seminggu bagaikan angin segar bagiku. Namun, ternyata tidak sepenuhnya se