Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Tentang Hati

Mungkin hati ini tersangkut Terpaut pada hati lain yang bergetar pada frekuensi yang sama Beresonansi... Tapi, kadang harapan menguasai hati Memakan akal yang menuntut perbaikan Bukan karenanya Tapi, karena-Nya Karena keikhlasan mengharap ridho-Nya Ridho-Nya untuk melancarkan pertemuan dan persatuan kita dalam ikatan suci di hadapan-Nya

Bahagia

Banyak hal terjadi di usiaku yang baru menginjak kepala dua. Entah mengapa, tahun ini terasa lama, berat, tapi aku banyak belajar. Banyak hikmah yang aku dapat. Meski masih sering mengeluhkan kehidupan ini, futur nikmat, bahkan menjauh dari-Nya (Astagfirullah T.T) Aku ingin bahagia. Pasti. Jika dunia ini adalah neraka kecil yang menyiksaku, aku mau bahagia di alam sana. Di mana tidak ada kata-kata yang mengecilkan hati... Tapi, bahagia itu perlu usaha. Usaha menarik kebahagiaan. Yang lucunya, justru didapat ketika aku memaksakan diri untuk bahagia atau memberi kebahagiaan untuk orang lain. Obat yang pahit, kian manis di ujung lidah :) Mungkin, aku perlu melakukan itu lagi. Memaksakan diri untuk bahagia dan memaksakan diri untuk membagi kebahagiaan kepada orang lain. Karena usaha di awal memang harus berupa paksaan, setelahnya hanyalah kebiasaan :D

Pemain Pendukung

Kehadiranku tak dianggap Pun tak dianggap sebagai ancaman Namaku tak termasuk dalam seranai temanmu Tapi kamu tetap bilang aku teman baik Ya, sekadar "teman" dan sekadar "baik" Aku tak menyakitimu Sehingga kau tak benci aku Aku berusaha menjadi orang yang baik bagimu Kamu menyadari itu Tapi, aku tetap sendiri di keramaian ini Karena aku cuma "sekedar" Kebetulan bersama di suatu tempat Kebetulan punya rasa dengan temanmu Kebetulan bisa menghabiskan waktu bersama Tidak spesial, kan? Selalu berharap ada yang bisa menerimaku Menyimpan aku sebagai teman di dalam hatinya Bukan sekadar kebetulan Bukan sekadar alasan tak penting lainnya mengapa kita bersama Aku ingin temukan peranku, di suatu tempat yang baik. Di mana aku, bukan hanya pemain pendukung.

Kenapa, sih?

BENERAN! Aku tak paham harus bertindak seperti apa. Supaya aku tak sendiri... Sedikit sekali punya teman. Bahkan aku sering ragu, mereka yang aku anggap teman apakah juga menganggapku sebagai teman mereka? Pasalnya, mereka punya banyak teman.. Kenapa harus begini? Sebab aku jarang bercakap? Sebab aku tidak pandai? Sebab aku tidak kaya? Sebab aku tidak ikut perkumpulan? ATAU APA? Apa aku terlahir harus seperti ini? Tidak! Masa SMP tidak aku lalui sesepi ini, semenyedihkan ini Duh, terlalu banyak mengeluh. Kurang aksi... Mungkin aku harus bertindak Supaya setidaknya, kheadiranku dirasakan orang lain

Cuaca

Mentari malu untuk menampakkan diri Sedangkan angin sedikit-sedikit menghampiri Awan nampak menutupi langit, tapi tak terlihat bergerombol atau sendiri Dan kelembaban udara yang cukup tinggi Ingatan terbang ke masa cuaca ini 2 tahun lalu Sebuah cerita tentang kita Yang semakin baik ceritanya pada semester selanjutnya Tentang aku yang melepas kesendirian bersama orang-orang yang aku sebut teman Meski sulit menerima kenyataan pahit Bersama kalian, sedikit demi sedikit kopi itu semakin manis Tentang kisah kita Tentang aku yang tak bisa lagi menyembunyikan kebahagiaan itu Tentang masa yang paling aku kenang selama di sini Sebuah tahap paling bahagia :'D Karena perpisahan yang pahit itu membuat aku belajar, memiliki itu sesuatu yang indah, dan berpisah pasti punya makna. Makna sebuah kenangan yang pantas untuk diingat :)

Ingin Berhenti

Di antara keheningan pagi Di antara orang-orang yang berbicara dengan bahasa yang menyenangkan Aku disergap dingin Yang menusuk tulang, hingga hati Andai aku sendiri di bumi ini Andai aku memiliki WAKTU untuk sendiri di dunia ini Hanya aku dan diriku Hanya aku yang menantang waktu Harus dihentikan Bukan waktu, tapi dirinya Yang mengoyak hati Melukai jiwa Merah tapi pucat Takut ini tak bisa berakhir :(

Tak Sanggup

Tentang aku yang tak mampu memahami waktu yang bergulir. Dengan perasaan yang menyesakkan. Adakah kamu bertanya, mengapa aku berhenti? Aku tak sanggup melawan waktu. Pun aku tak sanggup melepas ikatan yang menyulitkan aku tuk sekedar bernafas. Adakah kamu bertanya mengapa? Ada yang tak bisa ku lawan. Meski aku mengharapkannya. Menangis dalam doa supaya dilepaskan. Memohon dan menyembah supaya aku tabah. Merengkuh dalam tangis diam tiada akhir. Hanya berulang secara periodik. Aku lelah. Dan mempertanyakan, seandainya aku tak sanggup, mengapa diberikan? Amanah untuk diemban ini, amanah untuk dijaga ini, seonggok daging di dalam dada yang katanya menghubungkan kita.

Masih Jauh

Ia masih jauh... Siapa? Belahan jiwa... Ooh, di masa depan? Eh, jangan bilang begitu... Siapa yang tahu ia hadir di masa depan Atau di alam yang berbeda? Uuh... jauhnya :') Biar begitu, aku tak lelah menanti. Meski waktu telah habis. Aku tetap... menanti dalam perbaikan diri :)

Cetak Kisah

Berdentang tanpa rela mengakhiri Mengukir kisah pada tiap hitungan Tentang jiwa-jiwa yang berakal Dalam memulai perjalanan panjang Membuka cakrawala di sudut penglihatan Mengerjap menantang surya Meraba kasih dari sentuhan mesra pecinta Melangkah tinggalkan yang nyaman Berdalih ragu pada lelah Membasuh peluh bercucuran Berlabuh ketika semburat merah tlah hadir Nafas memburu kembali ke pangkuan Usai satu siklus Ia akan terulang jika dikehendaki Jiwa berakal boleh memilih Mengulang atau mengganti Cetak kisah esok hari

Menua Seribu Tahun

Kita berjalan menua Seiring rindu yang kembang kempis Terurai oleh waktu Timbul saat kenangan menyerbu Tenggelam saat dunia begitu manja Begitu pula cinta Menua tanpa dirawat Waktu terus berjalan Namun, aku tak mau menunggu seribu tahun lagi

Unek-unek hari ini

Dulu aku yang meminang Setelah diterima, aku pula yang membatalkan Rasanya pingin jambak orang ._. Nyesel juga Yah sesal memang selalu datang belakangan ya... Btw, apa jadinya kalau aku harus menunggu seseorang yang ditakdirkan untuk aku hingga satu dekade? Entahlah, aku lebih berharap cepat berjumpa. Penantian itu sesuatu yang berat bagiku... Dan lagi, aku rindu dengan kebersamaanku bersama 5 orang temanku. Boleh lah dibilang geng cewe. Yah.. sulit sekali mendapatkan teman dekat yang paling tidak sejumlah itu untuk saat ini.. Aku terlalu banyak mengeluh ._.

Ini tentang

Ini tentang aku yang tak mampu berkata tidak. Sampai pada saatnya hampir aku kehabisan ide, di mana aku bisa curhat dan hanya beberapa pihak saja yang mampu membaca keluh kesah hati aku ini. Ah, kini tak ada satu tempatpun rahasia. Rahasiaku telah tergerus, terjajah oleh kolonial. Ini tentang aku yang tak pandai memilih di antara dua pilihan yang sama-sama punya baik-buruknya sendiri. Tentang aku yang tak sanggup meninggalkan masa lalu waktu aku memberikan keputusan dengan tegas. Ah, sesungguhnya aku hanya bergantung pada pemikiran pendek yang menimbulkan perkara ketidaktegasan diri. Ini tentang aku yang tak mampu membawa hidupku sendiri dalam aliran yang ingin aku buat. Aliran kemajuan yang tenang, damai, dengan sisian jalan aliran yang penuh pemandangan indah yang sayang untuk dilewatkan. Ah, tempatku berjalan kini sangat tidak asyik untuk dipandang. Mungkin, aku perlu tempat istirahat setenang air rawa, di mana hanya ada aku seorang. Berada dalam ketentraman. Berada dalam rahasia

Tempat dalam Angan

Ini ceritaku di tempat yang lain. Tempat yang beberapa tahun lalu memenuhi seluruh anganku. Tempat di mana aku kira bisa menghabiskan waktu menjelang dewasaku dengan mengasah cara berpikir dan berinteraksi. Tempat yang menjadi pujaan hati di saat aku belum melihatnya dengan hati. Ini ceritaku yang baru dan berbeda. Tentang pencapaian yang sama-sama tak terduga namun kali ini membawa suka. Pasalnya, kini aku berusaha dengan, katanya, kemampuan sendiri. Pencapaian yang membuat diriku berjanji, aku tak boleh mengatakan diriku sendiri itu bodoh. Ini mungkin kisah yang berbeda dari yang lalu. Meski hati ini masih mengelurkan kata jitu:"dulu". 'Dulu' sih ngga jadi satu kayak gini. 'Dulu' sih begini... 'Dulu' sih begitu... Ah... dulu... Haruskah pencapaian yang memberiku rasa puas itu dalam bentuk ini? Haruskah percaya diri ini tumbuh dari cara seperti ini? Haruskah ini menjadi jalanku? Inikah takdirku? Yang 'dulu' itu apa? Ah, aku sendi

In Love?

Setelah sekian lama tidak berkunjung ke blog ini untuk sekedar memantau atau membuat posting, akhirnya saya memiliki ide untuk membuat posting kembali hahaha *bangga* Sesuai judulnya, saya kebetulan baru saja membaca sebuah artikel menarik. Linknya: You're Not In Love, You're In Love With The Idea Of Love | Thought Catalog Kemudian saya jadi teringat kembali soal kisah-kisah lama saya yang berhubungan dengan artikel tersebut.

Unek-Unek

“Ah, kamu sih, mau disindir ataupun dikasih tau dengan jelas, tetep aja ngga berubah.” Yah, aku harus bilang apa. Saking banyaknya kesalahan yang aku buat, aku aja sampai lupa. Tapi setidaknya, sekitar aku berusaha ngasih tau meskipun cuma masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Jadi, kalau mau ngatain kesalahan aku, langsung aja. Marahin aja kalau perlu. Abaikan saja wajah aku yang mungkin tampak kasihan. Pada dasarnya, aku tegar, kok, mau dikatain apa aja. Asal jangan di belakang aku atau ngasih tau sama yang ngga berhubungan atau ngomong di media lain buat nyindir aku. Itu... sakit, sih kalau pada akhirnya aku tau juga. Walaupun aku tahu, aku tuh segan banget kalau ngasih tau kesalahan orang. Ralat. Bukan segan, tapi aku selalu berusaha memaklumi kesalahan orang. Aku berusaha memendamnya. Meskipun, bisa aja aku jadi sakit hati. Lagipula, karena biasanya aku orang yang diem dan tertutup, rasanya memang jadi ngga adil dan siapapun juga bisa kaget kalau aku tiba-tib

Sulit

Setelah sekian lama tidak bertandang ke sini, aku mau curcol lagi hahaha Di usiaku yang sudah menjelang kepala 2, banyak sekali hal yang terjadi. Seharusnya, memang banyak sekali yang aku pelajari. Baik dari rasa perih yang aku dapat, maupun kebahagiaan yang melintas. Tapi, kadang timbul angan-angan ingin pergi ketika segala sesuatu tidak lagi berjalan seperti yang aku inginkan. Memangnya apa yang aku inginkan?