Bismillah...
Tahun 2024 ini saya mau mulai mendalami ilmu Islam lagi, salah satunya memperbaiki bacaan Al-Quran. Bersyukur, di IMSA (Indonesian Muslim Society in America) ada program Tahsin. Senangnya lagi, biaya program ini terjangkau. Hanya $15 untuk biaya pengajar + ebook selama satu tingkatan.
Karena saya baru pernah ikut program ini, saya dimasukkan ke level persiapan, yaitu kelas i'dad. Sabtu, 20 Januari 2024 jam 8 pagi adalah pertemuan pertama. Enaknya lagi, satu grup untuk jadwal yang sama hanya berisi 3 peserta.
Hari itu kami belajar huruf hamzah dan harakat (fathah, dhammah, kasrah). Huruf hamzah (أ) memiliki mahkhrijul huruf (tempat keluarnya huruf) dari tenggorokan paling bawah. Coba bilang "aaa" dan rasakan getarannya di leher bawah, sekitar 5 cm dari tulang dada.
Nah, ketika hamzah berharakat fathah (أَ), kita ucapkan "a" (pendek saja). Mulut kita dibuka hingga antara gigi atas dan bawah bisa dimasukkan satu jari. Kalau dalam Bahasa Indonesia, persis pengucapan huruf "a".
Ketika hamzah berharakat fathah (أِ), kita ucapkan "i" (pendek). Untuk mengucapkan huruf berharakat kasrah, bibir bawah ditarik ke bawah, tapi jangan terlalu banyak/ketarik semua. Yang penting cukup untuk membedakan dengan "e" (seperti dalam kata benang).
Ketika hamzah berharakat dhammah (أُ), kita ucapkan "u" (pendek). Untuk mengucapkan huruf berharakat dhammah, bibir harus manyun sempurna. Namun, segera kembalikan posisi bibir (jangan manyun terus) terutama ketika huruf setelahnya bukan berharakat dhammah.
Selain harakat fathah, kasrah, dan dhammah, ada harakat sukun dan tasydid. Ketika huruf berharakat sukun, kita ucapkan huruf itu hanya dengan mengambil makhrijul hurufnya saja.
Misal, ketika membaca (أْ), kita membuat getaran di leher tanpa hentakan. Kalau dalam Bahasa Jawa, mirip huruf "k" dalam kata "ndangak" tanpa aksen daerah tertentu.
Huruf berharakat tasydid merupakan gabungan dua huruf berharakat sukun dan berharakat fathah, kasrah, atau dhammah. Maka, أَّ berarti أْ أَ.
Setiap peserta diminta membaca huruf-huruf pada ebook secara bergantian. Guru kami, Mba Indah, memberi satu catatan. Ketika mengucapkan أَ untuk tidak mengumpulkan udara di dalam mulut. Terutama ketika huruf itu berhadapan dengan huruf tebal sehingga berkesan mengucapkan "o".
Pertemuan berlangsung sekitar hampir dua jam karena diawali dengan perkenalan peserta dan guru. Insya Allah, saya akan tulis rangkuman pelajaran dari pertemuan selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar