Aku berhenti melangkah. Sejauh ini, hanya kegelapan yang aku lihat. Keheningan yang kurasa. Kesunyian yang kudengar. Aku sendiri, di dalam jalur yang tidak pasti ini.
Aku menoleh kembali ke belakang. Sudah cukup jauh melangkah, telanjur. Pintu masuk sudah tak dapat kembali aku raih.
Masih, belum aku temukan secercah cahaya. Ke mana lagi lorong gelap gulita ini akan membawaku? Aku tak tahu. Aku hanya berusaha mengikuti alurnya. Berjalan tapi tak melihat.
Aku lelah. Kapan ini berakhir? Aku berhenti. Aku diam. Aku tak mau lagi teruskan ketidakpastian ini.
Aku lelah...
Kemudian, ada yang menggangguku. Ada menahan tubuhku. Ada yang membisikkan kalimat-kalimat yang membuatku tercengang. Kenapa aku tidak sadar?
Aku coba membuka mataku. Mata yang secara fisik mungkin tidak terlihat. Mata yang mampu melihat menembus lorong gelap ini. Mata yang melihat dan membuatku percaya, di ujung lorong ini ada cahaya.
Aku bangkit. Aku kepalkan tanganku. Aku berteriak pada lorong, "Kamu tak bisa menjebakku! Aku pasti bisa keluar dari sini!"
Aku melangkah dengan lebih pasti. Berlari di sepanjang lorong dengan keyakinan.
Lihat! Di sana memang ada cahaya. Aku berlari lebih cepat. Aku tersenyum, terharu.
Coba aku tahu lebih awal. Bersyukur aku tak menyerah. Bersyukur, masih ada yang membantuku bangkit saat aku lelah.
Aku memasuki cahaya dan semua rasa lelah itu pergi. Semua rasa sakit saat berada dalam kegelapan, semua perih saat terjebak kesunyian. Semua lenyap. Terbayar sudah.
Hmm, Aku tahu sih, kata-kata "Terbayar sudah" mungkin bisa aku ucapin nanti di akhir. Sekarang masih dalam perjalanan lah. Tapi, setidaknya, aku sudah mulai melangkah dengan keyakinan. Tidak lagi berjalan dengan mata tertutup. Ngomong-ngomong, terima kasih, ya, untuk yang sudah berhasil membuat mataku terbuka. Sekarang mataku bahkan lebih mampu melihat. Setiap cahaya yang ditebar di muka bumi ini. Terima kasih :)
Sekarang, saatnya pasang ancang-ancang, bersiap, tancap gas! Medan pertempuran ini perlu prajurit yang mampu bergerak dengan kecepatan cahaya :))
Aku menoleh kembali ke belakang. Sudah cukup jauh melangkah, telanjur. Pintu masuk sudah tak dapat kembali aku raih.
Masih, belum aku temukan secercah cahaya. Ke mana lagi lorong gelap gulita ini akan membawaku? Aku tak tahu. Aku hanya berusaha mengikuti alurnya. Berjalan tapi tak melihat.
Aku lelah. Kapan ini berakhir? Aku berhenti. Aku diam. Aku tak mau lagi teruskan ketidakpastian ini.
Aku lelah...
Kemudian, ada yang menggangguku. Ada menahan tubuhku. Ada yang membisikkan kalimat-kalimat yang membuatku tercengang. Kenapa aku tidak sadar?
Aku coba membuka mataku. Mata yang secara fisik mungkin tidak terlihat. Mata yang mampu melihat menembus lorong gelap ini. Mata yang melihat dan membuatku percaya, di ujung lorong ini ada cahaya.
Aku bangkit. Aku kepalkan tanganku. Aku berteriak pada lorong, "Kamu tak bisa menjebakku! Aku pasti bisa keluar dari sini!"
Aku melangkah dengan lebih pasti. Berlari di sepanjang lorong dengan keyakinan.
Lihat! Di sana memang ada cahaya. Aku berlari lebih cepat. Aku tersenyum, terharu.
Coba aku tahu lebih awal. Bersyukur aku tak menyerah. Bersyukur, masih ada yang membantuku bangkit saat aku lelah.
Aku memasuki cahaya dan semua rasa lelah itu pergi. Semua rasa sakit saat berada dalam kegelapan, semua perih saat terjebak kesunyian. Semua lenyap. Terbayar sudah.
Hmm, Aku tahu sih, kata-kata "Terbayar sudah" mungkin bisa aku ucapin nanti di akhir. Sekarang masih dalam perjalanan lah. Tapi, setidaknya, aku sudah mulai melangkah dengan keyakinan. Tidak lagi berjalan dengan mata tertutup. Ngomong-ngomong, terima kasih, ya, untuk yang sudah berhasil membuat mataku terbuka. Sekarang mataku bahkan lebih mampu melihat. Setiap cahaya yang ditebar di muka bumi ini. Terima kasih :)
Sekarang, saatnya pasang ancang-ancang, bersiap, tancap gas! Medan pertempuran ini perlu prajurit yang mampu bergerak dengan kecepatan cahaya :))
Komentar
Posting Komentar