Aku percaya:
Setiap jiwa manusia, sekeras apa pun itu, tetaplah bersifat seperti besi panas yang mudah ditempa jika ada motivasi. Kenapa?
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pembelajar. Jika setiap manusia mencoba lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dan berpikir positif, apa pun yang ditemui dalam setiap detik kehidupan adalah modul pembelajaran kehidupan. Hal ini berarti kesempatan belajar sangat terbuka. Selain itu, manusia juga memiliki akal dan emosi. Kolaborasi dari akal dan emosi bisa mengolah pengetahuan yang didapat menjadi suatu ilmu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa emosi, manusia akan menjadi robot yang hanya menerima input dan menghasilkan output sesuai perintah. Tanpa akal, belum tentu setiap input yang didapat dapat diproses.
Tetapi, ada satu kunci penting supaya menjadi manusia yang mudah ditempa, yaitu rasa syukur. Dengan bersyukur, pemikiran positif akan terbangun. Bayangkan, di pagi hari yang sejuk dengan semburat mentari mencoba masuk melalui celah jendela di kamar, kemudian kamu terbangun dengan mengalami sederet mimpi buruk. Kamu akan mengutuk pagi itu menjadi pagi yang terlalu cepat. Tidur terasa tak nyenyak. Pergi ke sekolah, kampus, atau manapun menjadi tak bergairah. Tetapi, apabila kamu bersyukur pagi itu kamu masih bisa bernapas dan sehat, cobalah tengok keluar jendela dan rasakan sejuknya pagi. Lalu, nikmati pengalaman berkesan yang akan kamu nikmati mulai pagi hari hingga malam hari.
Dengan bersyukur, akal dan emosi akan berjalan selaras. Tidak mudah marah, tidak juga terlalu kaku. Indah, bukan?
Jadi, untuk menjadi seperti besi panas yang mudah ditempa sadarilah hakikat kita sebagai manusia pembelajar. Dan yang paling penting, bersyukurlah :)
Setiap jiwa manusia, sekeras apa pun itu, tetaplah bersifat seperti besi panas yang mudah ditempa jika ada motivasi. Kenapa?
Manusia pada dasarnya adalah makhluk pembelajar. Jika setiap manusia mencoba lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dan berpikir positif, apa pun yang ditemui dalam setiap detik kehidupan adalah modul pembelajaran kehidupan. Hal ini berarti kesempatan belajar sangat terbuka. Selain itu, manusia juga memiliki akal dan emosi. Kolaborasi dari akal dan emosi bisa mengolah pengetahuan yang didapat menjadi suatu ilmu yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa emosi, manusia akan menjadi robot yang hanya menerima input dan menghasilkan output sesuai perintah. Tanpa akal, belum tentu setiap input yang didapat dapat diproses.
Tetapi, ada satu kunci penting supaya menjadi manusia yang mudah ditempa, yaitu rasa syukur. Dengan bersyukur, pemikiran positif akan terbangun. Bayangkan, di pagi hari yang sejuk dengan semburat mentari mencoba masuk melalui celah jendela di kamar, kemudian kamu terbangun dengan mengalami sederet mimpi buruk. Kamu akan mengutuk pagi itu menjadi pagi yang terlalu cepat. Tidur terasa tak nyenyak. Pergi ke sekolah, kampus, atau manapun menjadi tak bergairah. Tetapi, apabila kamu bersyukur pagi itu kamu masih bisa bernapas dan sehat, cobalah tengok keluar jendela dan rasakan sejuknya pagi. Lalu, nikmati pengalaman berkesan yang akan kamu nikmati mulai pagi hari hingga malam hari.
Dengan bersyukur, akal dan emosi akan berjalan selaras. Tidak mudah marah, tidak juga terlalu kaku. Indah, bukan?
Jadi, untuk menjadi seperti besi panas yang mudah ditempa sadarilah hakikat kita sebagai manusia pembelajar. Dan yang paling penting, bersyukurlah :)
ya, tapi tak semudah itu ... :)
BalasHapusyoi. tapi bisa, kan? :)
Hapus