Tempat menuangkan karya tulisan di komunitas dan catatan belajar Bahasa Arab
Cari Blog Ini
Peranku
Nafasku jadi pendek-pendek. Air mata pertama mengalir di pipiku. Segera kututup mulutku dengan kedua tangan untuk meredam isakan padahal aku sendirian di ruangan tertutup seluas 3 x 4 m2 ini. Hanya jejeran lemari laci dan printer yang menyaksikan tangisku.
eojjeom uriga heeojyeossneunji (Arti: Bagaimana dulu kita putus?) - Even If One Day, Lyn
Lyn, itu pertanyaan yang sangat cocok ditanyakan pada tengah malam saat aku sendirian di ruang printer kampus. Kita putus karena aku memilih untuk menikah dengan pria yang sekarang jadi suamiku.
Lagu ini membantuku mengingat kembali segala pertimbangan memilih lelaki ini, bukan pacarku waktu itu. Namun, apakah dulu aku sudah membayangkan sejauh ini? Misalnya, bahwa suamiku mungkin memintaku pergi sendirian ke kampus, tengah malam, untuk membantunya mencetak hampir seratus paper, buat bahan disertasinya?
Belum lagi, printer ini menguji kesabaranku. Tidak bisa terhubung ke laptop, lah. Tersangkutnya kertas pada proses printing, lah. Semua ini harus aku tangani sendiri.
Tiga tahun lalu. Apakah aku pernah mengira bahwa suamiku akan sering mengusirku dan anak dua tahun kami dari apartemen ketika ia sedang melakukan pertemuan daring? Ditambah lagi, aku sedang hamil tua.
Lima tahun lalu. Apakah pernah terbesit di pikiranku bahwa suamiku hampir menyerahkanku kembali ke orang tuaku saat kami sedang LDM?
Waktu masih gadis, aku pikir menikah itu soal dibimbing oleh lelaki yang sabar dan menjadi makmum yang nurut. Bayangan ini tentu dibingkai dengan keromantisan. Misalnya ....
"Sayang...," ucapnya sambil mengelus perut buncitku karena hamil besar, "nanti waktu profesorku minta meeting, kamu ajak Si Kakak main di taman dulu, ya. Biar nanti kalau dia rewel, nggak mengganggu," ucap suamiku sambil mengecup dahiku, dalam khayalanku.
Aku mengusap air mataku sambil kembali mempersiapkan kertas untuk dimasukkan ke dalam printer. Aku mendorong baki printer sambil menarik nafas panjang.
Sesungguhnya, di balik kesulitan, ada kemudahan ....
"Dulu yang daftarin aku ke kampus-kampus buat S3 itu istriku. Tanya aja dia," tukas suamiku dengan semangat ketika bercerita kepada teman-temannya.
"I think my wife is a superwoman." Aku menguping pengakuan ini saat suamiku sedang melakukan pertemuan daring dengan profesor dan teman-teman lab-nya, dua minggu setelah anak keduaku lahir. Ia kembali menjalani rutinitas risetnya dan aku menyibukkan diri dengan urusan bayi.
"Il, nanti kamu buka file-file buat bahan disertasi, ya. Kamu susun bagian-bagiannya," titahnya tiba-tiba di tengah obrolan kami dengan Mas Muhsin, teman kami di sini.
"Wah, kolaborasinya bagus ya, Mas!" Komentar Mas Muhsin.
Ternyata mudah bagi suamiku untuk mengapresiasi apa yang aku lakukan meskipun dulu aku melakukan hal-hal itu sambil jengkel. Aku bahkan hampir tidak pernah mendengar suami menceritakan sesuatu yang jelek tentangku, apalagi soal kami yang pernah hampir berpisah.
Cara suamiku mendidikku memang agak keras. Namun, aku merasakan manfaat dari didikannya, mulai dari lebih kreatif mencari solusi suatu masalah, hingga lebih peka menilai situasi sekitar. Kalau saja semua masalah di atas aku cegah dengan berinisiatif lebih awal, mungkin aku tidak perlu merasa terdzolimi.
Misalnya saja, aku print paper itu sejak sore, sesaat setelah suami menyuruhku. Jadi, aku tidak perlu berkeliaran di kampus tengah malam.
Atau misalnya lagi, aku berinisiatif membawa anak pertamaku keluar rumah begitu aku tahu suami mau melakukan meeting. Jadi, aku tidak perlu menunggu "diusir".
Terakhir, memang butuh didikan suami selama lima tahun lamanya sampai kami selaras dalam komunikasi sehingga tidak perlu bertengkar hebat saat LDM.
Air mataku berhenti mengalir. Nafasku kembali teratur. Semua pekerjaan mencetak ini selesai. Juga, aku tidak dendam dengan suamiku⎯aku tetap mencintainya.
Aku versi hari ini lebih tegar dibanding aku sepuluh tahun lalu. Tangisku lebih cepat reda. Egoku lebih mudah dikendalikan.
Apa yang suamiku minta pasti yang terbaik buat kami sekeluarga. Melihat apresiasi yang ia berikan untukku di depan banyak orang⎯meskipun aku enggan mengakuinya⎯menandakan aku berperan banyak dalam keluarga kecil kami.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh! Di sini saya akan share soal TO khusus tashrif ayat Al-Quran beserta kunci jawabannya sebagai latihan. بسم الله الرحمن الرحيم 📚 Soal Try Out Sabtu 🖊 🖋 Angkatan 33 📒 🗓 Sabtu, 5 - Mei - 2018 🕰 Pk. 16.00 sd 18.00 WIB 💦💦💦💦💦💦💦💦💦 Silahkan Tashrif Isthilahy Surah Ali Imran (3) Ayat 47 ➖ 56 ✍ Temukan sebanyak mungkin kata yang bisa ditashrif (kata yang tashrifnya sesuai dengan wazan yang telah kita pelajari). Bisa dalam bentuk fiil, mashdar, isim fail dan isim maful. ✍ Kata yang ditashrif hanya Fi'il Shahih, abaikan Fi'il Mu'tal (kecuali untuk Fi'il Tsulatsy Mazid yang mengandung Huruf Illah dan tidak mengubah bentuk tashrif, Silahkan ditashrif) ✍ Tugas antum menentukan FI'IL MADHI-nya, kemudian TASHRIF ISHTILAHIY dari fiil madhi hingga fiil nahiy. Silak...
Bismillah... Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh! Di postingan ini insya Allah saya akan share materi di pekan percobaan. Sebelum itu, saya akan memberitahu dulu orang-orang yang berada di dalam grup kelas, pembagian grup kelas beserta fungsinya, dan perbedaan pelajaran pekan ini dengan pekan lainnya. Grup kelas dibagi 2, khusus akhawat dan khusus ikhwan. Di dalam grup kelas utama, yang bertindak sebagai admin, adalah muraqib/muraqibah (saya sebut 2 istilah untuk laki-laki dan perempuan). Tugas mereka adalah membagikan materi dan soal pemanasan materi di grup utama serta mengawasi keberjalanan grup kelas. Lalu, ada musyrif/musyrifah yang bertugas menjawab pertanyaan ketika muhadharah, mengoreksi tugas, dan mengurus secara langsung tholib/tholibahnya. Yang terakhir, pastinya ada pelajar, yang jumlahnya sekitar 25 orang. Jumlah ini biasanya menipis setiap minggu hingga bersisa belasan orang. Tapi tenang, kalau serius menjalaninya, insya Allah bisa dan mudah. Jadi, sebag...
Bismillah... Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. Saya ingin berbagi informasi program lainnya dari Yayasan BISA, yaitu Ta'aruf. Program ini masih baru. Saat ini angkatan ketiga sedang dalam masa pembelajaran. Bagi teman-teman yang masih awam soal Yayasan BISA, bisa baca dulu tulisan lama saya tentang Program Ilmu Sharaf untuk Pemula . Apa itu Program TA'ARUF? TA'ARUF sendiri merupakan akronim dari Terampil Imla huruf. Program ini bertujuan untuk mengetahui cara penulisan huruf-huruf Hija'iyyah, kaidah penulisan Hamzah, Alif, huruf yang ditulis tetapi tidak dibaca, serta huruf yang dibaca tetapi tidak ditulis. Program Ta'aruf Angkatan 3 GRATIS dan hanya untuk alumni program-program di Yayasan BISA. Saya termasuk kategori alumni BISA angkatan 1-35 dan Shaum (BISA Premium, belajar Ilmu Sharaf berbayar) angkatan 1-2. Pendaftaran hanya diumumkan di grup alumni program BISA dan dilakukan secara bertahap. Artinya, program ini diumumkan di grup alumni...
Komentar
Posting Komentar