Apa yang akan terjadi padaku di masa depan? Ah, untuk sekarang pikiranku tidak bisa pergi lebih jauh dari tiga bulan mendatang. Ada hal besar yang butuh banyak persiapan sedang memenuhi otakku.
Suamiku akan kerja di Bellevue, 3312 km dari Chicago. Secara jarak, biasa saja. Toh kami pernah naik pesawat mengitari setengah bumi untuk sampai ke sini. Masalahnya, dulu kami hanya pergi bertiga, dengan bayi.
Sebelum pindah, ke Bellevue, suami harus mengurus kelulusan dulu, juga izin tinggal kami sekeluarga. Mencari apartemen dan mengurus kepindahan sekolah anak pertama. Mengubah informasi alamat di bank, tagihan telpon, pajak, dan lain sebagainya. Belum termasuk memilih barang apa yang dibawa dan pindah ke sana dengan jalur darat atau naik pesawat. Banyak sekali hal yang harus dipikirkan.
Persoalan menentukan barang apa yang mau dibawa saja sudah memicu satu konflik. Aku ingin bawa sebagian besar peralatan dapur, sedangkan suami hanya ingin membawa alat elektronik beserta barang mahal lainnya, sejumlah baju, dan satu matras udara. Ia ingin semua furnitur ditinggalkan!
Rasanya kepala mau meledak. Di satu sisi, pindahan seperti ini umum dialami banyak orang. Nah, kalau teman-teman punya saran soal pindahan supaya tidak bikin pusing, tolong ditulis di kolom komentar, ya!
Persoalan pindahan ini memang rumit tapi membayangkan tinggal di tempat baru membuatku bersemangat. Pasalnya, tempat baru ini menjanjikan pemandangan yang indah dan kelonggaran finansial.
Aku membayangkan, selesai mengantar anakku sekolah, aku akan naik sepeda di pinggiran danau. Bisa juga ke taman dekat gunung menikmati aroma tanah yang basah karena disiram air hujan. Mungkin, aku cukup pergi ke toko roti terdekat yang menyajikan roti hangat. Sebuah tempat baru yang bisa aku eksplorasi sebanyak mungkin.
Ada masa depan, kehidupan baru, yang akan aku jalani tiga bulan lagi. Takut, semangat, khawatir, dan penasaran seperti gejolak emosi yang datang silih berganti. Aku harap, aku bisa melewati ini semua dengan baik dan tetap waras 😆
Komentar
Posting Komentar